0

SISTEM VASKULER DARAH
Sistem vaskuler darah terdiri atas jantung, arteri utama, arterior, venul, dan vena.

ARTERI : ELASTIS DAN MUSKULAR
Tiga kategori utama arteri adalah arteri elastis, arteri muskular, dan arteriol kecil. Diameter arteri secara berangsur mengecil setiap kali bercabang sampai pembuluh terkecil yaitu kapiler.
Arteri elastis adalah pembuluh paling besar didalam tubuh. Diantaranya adalah trunkus pulmonal dan aorta serta cabang-cabang utamanya. Dinding pembuluh ini terutama terdiri atas serat elastis yang memberi kelenturan dan daya pegas selama aliran darah. Arteri elastis bercabang menjadi arteri berukuran sedang, yaitu arteri muskular yang merupakan pembuluh darah terbanyak di tubuh. Arteri muskular mengandung lebih banyak serat otot polos pada dindingnya. Arteriol adalah cabang terkecil sistem ateri. Dindingnya terdiri atas satu sampai lima lapisan serat otot polos.
Dinding arteri secara khas mengandung tiga lapisan tunika konsentris. Lapisan terdalam adalah tunika intima; terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel dibawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media, terutama terdiri atas serat otot polos yang mengitari lumen pembuluh. Lapisan terluar adalah tunika adventisia, terutama terdiri atas serat-serat jaringan ikat. Arteri muskular berukuran sedang juga memiliki sebuah pita berombak tipis dari serat elastis yang disebut lamina elastika interna yang bersebelahan dengan tunika intima. Pita lain terdiri atas serat-serat elastis berombak terdapat pada perifer tunika media, disebut sebagai lamina elastika eksterna.


VENA
Kapiler berangsur-angsur membentuk venul yang lebih besar; venul umumnya menyertai arteriol. Darah balik mula-mula mengalir kedalam venul pascapiler, kemudian kedalam vena yang makin membesar. Untuk mudahnya, vena digolongkan sebagai kecil, sedang, dan besa. Dibandingkan arteri, vena lebih banyak, berbanding lebih tipis, berdiameter lebih besar, dan sttruktur bervariasi lebih besar.
Vena ukuran kecil dan sedang, terutama diekstremitas, memiliki katup. Saat darah mengalir kearah jantung, katup terbuka. Saat akan mengalir balik, katup menutup lumen dan mencegah aliran balik darah. Darah vena diantara katup pada ekstremitas mengalir kearah jantung akibat kontraksi otot. Katup tidak terdapat pada vena SSP, vena cava inferior dan superior, dan vena visera.
Dinding vena juga terdiri atas tiga lapisan, namun lapisan ototnya jauh lebih tipis. Tunika intima pada vena besar terdiri atas endotel dan jaringan ikat sub-endotel dan jaringan ikat subendotel. Tunika media tipis dan tunika adventisia adalah lapisan paling tebal pada dindingnya.

Gambar 7-3    Arteri dan Vena Muskular (potongan Tranaversal)
Dinding pembuluh darah mengandung jaringan elastis dalam jumlah tertentu agar mengembang dan berkerut, pada gambar ini, sebuah arteri (1) dan vena (4) moskular terpotong transversal dan sediaan dibuat dengan pulasan elastin untuk memperlihatkan sebaran serat-serat elastin. Pada sediaan ini, serat elastin terpulas hitam dan serat kolagennya kuning muda. Gambar ini menunjukkan bahwa dinding arteri (1) jauh lebih tebal dan mengandung lebih banyak serat otot polos dari pada dinding vena (4). Lapisan terdalam, tunika intima arteri (1), terpulas gelap karena lamina elastika internanya (1a) tebal. Lapisan tengah arteri muskular yang tebal, tunika media (1b), berdiri atas beberapa lapis serat otot polos yang tersusun melingkari lumen berkas tipis serat-serat elastin (1b). pada bagian tepi tunika media (1b), terdapat lamina elastika eksterna yang tidak begitu nyata (1c). di sekitar arteri, terdapat jaringan ikat adventisia (1d). Di dalam adventisia, terdapat serat kolage (2) yang terpulas lemah, dan serat elastin (3) yang terpulas gelap. Pada dinding vena (4) juga tampak lapisan tunika intima (4a), tunika media (4b), dan tunika adventisia (4c) yang terpotong melintang. Namun ketiga lapisan vena ini jauh lebih tipis daripada dinding arteri. Disekitar kedua pembuluh terdapat  kapiler (5), arteriol (6), dan sel-sel jaringan lemak (8). Di dalam lumen kedua jenis pembuluh, terdapat banyak eritrosit dan leukosit.


Gambar 7-4    Arteri Besar: Dingidng Aorta (potongan transversal)
Struktrur dinding aorta mirip dengan struktur dinding arteri pada Gambar 7-3. Namun, serat-serat elastin coklat tua (2) merupakan bagian terbesar tunia media, dengan sel-sel otot polos (3) tidak sebanyak pada arteri muskular. Jaringan lain di dalam dinding aorta tetap tidak terpulas atau hanya terpulas lemah. Ukuran dan susunan laminaelastika di tunika media jelas terlihat dengan pulasan elastin. Namun, sel-sel otot polos (3) dan serabut elastin halus diantara lamina tetap tidak terpulas.
            Luasnya tunika intima (4) dapat ditetapkan, namun tetap tidak terpulas. Membran elastika pertam adalah lamina (membran) elastika interna (5). Kadang-kadang lamina lebih yang kecil tampak pada jaringan ikat subendotel, dan berangsur beralih menjadi lamina yang lebih besar pada tunika media.
            Tunika adventisia (1), juga tidak terpulas, adalaj zona sempit serat kolagen. Di dalam aorta dan arteri pulmoner, tunika media mencakup sebagian besar dinding pembuluhu, sedangkan tunika adventisia menipis seperti tampak pada gambar


Gambar 7-5    Jantung: Atrium dan Ventrikel Kiri (pandangan menyeluruh, potongan memanjang)
Gambar ini melukiskan potongan memanjang belahan kiri jantung, menampakkan sebagian atrium (1), valvula (katup) atrioventrikular (mitral) (4), dan ventrikel (6). Muskular jantung pada bidang irisan ini tampak berbagai bidang irisan.
            Pada dinding atrium, endokard (1) terdiri atas endotel, yaitu sebuah lapisan jaringan ikat subendotel tebal, dan miokard (2) tebal pada muskulatur yang tersusun longgar. Epikard (13) membungkus jantung yang di luarnya di lapisi selapis mesotel. Lapisan subepikard (14) terdiri atas jaringan ikat dan lemak yang jumlahnya bervariasi pada bagian jantung berbeda. Lapisan ini juga meluas ke dalam sulkus koronaria (atrioventrikular) dan interventrikular jantung.
            Endokard ventrikel (6) lebih tipis jika dibandingkan dengan endokard atrium (1), sedangkan miokardnya (7) tebal dan lebih padat. Epikard dan jaringan ikat subepikard (16) menyatu dengan epitel dan jaringan ikat yang ada di atrium.
            Diantara strium dan ventrikel, terdapat anulus fibrosus (3) yang terdiri atas jaringan ikat pada fibrosa. Dan katup atrioventrikular (mitral) (4) dibentuk oleh membran ganda endokard (4a) dan jaringan ikat pada (4b) sebagai pusatnya, kemudian menyatu dengan annulus fibrosus (3). Pada permukaan ventral katup, terdapat insersio korda tendinae (5) ke katup.
            Permukaan dalam dinding ventrikel  menunjukkan ciri khas miokard dan endokard: apeks muskulus papilaris (18) dan trabekula karne (17).
            Serat Purkinje (8) atau serat penghantar-impuls yang terdapat di dalam jaringan subendotel yang longgar, dapat dikenali dari ukurannya yang lebih besar dan pulasannya yang lebih lemah. Daerah kecil di dalam empat persegi panjang (9) diperlihatkan dengan pembesaran lebih kuat pada Gambar 7-7.
            Pembuluh darah yang lebih besar, seperti arteri koronaria (10), berjalan di dalam jaringan ikat subepikard (14). Di bawah arteri koronaria, terdapat potongan melalui sinus koronarius (11). Sebuah venakoronaria (12) dengan katupnya memasuki sinus koronarius. Pembuluh-pembuluh koroner yang lebih kecil (15) terlihat di dalam jaringan ikat subepikard (14) dan di dalam septa perimisium (15) yang meluas ke dalam miokard (7).







SISTEM LIMFOID

Sistem limfoid mencakup semua sel, jaringan, dan organ yang mengandung kumpulan limfosit. Limfosit tersebar di seluruh tubuh berupa kumpulan sel terisolasi, yaitu nodulus limfatikus (limfonodulus) tanpa simpai/kapsu; pada jaringan ikat longgar, atau sebagai organ limfoid bersimpai. Karena sumsum tulang menghasilkan limfosit, sumsum tulang dapat pula dianggap sebagai organ limfoid. Organ limfoid utama tubuh terisi kumpulan limfosit adalah limfonodus, tonsila, timus, dan limpa.
Sel, jaringan, dan organ limfoid adalah unsur penting pada sistem kekebalan yang melindungi lingkungan dalam tubuh terhadap substansi asing atau antigen. Fungsi perlindungan yang penting ini dilakukan oleh limfosit karena limfosit dapat mengenali antigen dan bereaksi khas terhadapnya dengan menghasilkan antibody. Sebuah antigen adalah setiap makromolekul asing yang berakibat respon kekebalan. Antibodi adalah glikoprotein plasma yang beredar, disebut juga imuglobulin. Antibodi bereaksi dengan antigen dan mengawali sebuah respons imunologik kompleks yang melindungi tubuh terhadap kemungkinan cedera oleh substansi asing yang merusak.
Macam-macam limfosit terdapat dalam berbagai organ tubuh. Secara morfologik, limfosit ini serupa, namun secara fungsional berbeda. Jaringan limfoid terutama terdiri atas limfosit T dan limfosit B. kedua jenis limfosit ini mempunyai peran penting dalam sistem kekebalan dan ditemukan dalam darah,limf, dan jaringan limfoid. Seperti sel darah lain, kedua jenis limfosit ini berasal dari prekursor sel induk hemopoietik di dalam sumsum tulang dan memasuki aliran darah. Perkembangan menjadi limfosit B atau limfosit T tergantung tempat perkembangannya dan menjadi imunokompeten.
Limfosit B berkembang dan menjadi imunokompeten di dalam sumsum tulang. Setelah matang, limfosit B dibawa aliran darah kejaringan limfoid bukan timus, seperti limfonodus, limpa, dan jaringan ikat. Bila limfosit B imonukompeten bertemu antigen spesifik, limfosit B menjadi aktif, berpoliferasi, dan berkembang menjadi sel plasma. Limfosit T berkembang dari limfosit yang dibawa dari sumsum tulang ke dalam kelenjar timus. Di sini, limfosit T matang dan memperoleh imunokompetensi sebelum bermigrasi ke jaringan limfoid perifer dan organ lain.
Timus menghasilkan limfosit T matang di awal kehidupan. Setelah menetap di timus, limfosit T disebarkan darah ke seluruh tubuh dan menempati limfonodus, limpa, dan berbagai kumpulan limfoid di jaringan ikat. Di sini, limfosit T dapat menjalankan respons imunologiknya bila dirangsang.
Ada dua jenis respons imunologik yang saling berkaitan. Pada respons imunologik bermedia-se;, limfosit T berproliferasi, berkontak, menyerang, dan menghancurkan mikroorganisme asing, infeksi virus, atau antigen. Limfosit T juga dapat menyerang secara tidak langsung dengan mengaktifkan limfosit B atau makrofag sistem imun. Limfosit T memberi proteksi imun spesifik tanpa menggetahkan antibodi. Pada respons imunologik humoral, terpajannya limfosit B terhadap antigen mengubah sebagian sel menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi spesifik ke dalam darah dal limf. Antibodi ini kemudian mengikat dan menonaktifkan, dan/atau menghancurkan substansi sing atau antigen spesifik asing. Pengaktifan dan proliferasi limfosit B terhadap kebanyakan antigen memerlukan kerja sama (batuan) limfosit T yang berespons terhadap antigen yang sama.

Gambar 8-1    Limfonodus (pandangan menyeluruh)
Limfonudus terdiri atas kumpulan limfosit yang diselingi sinus-sinus limfatik, ditunjang kerangka serat-serat retikular dan dikelilingi oleh simpai jaringan ikat (2). Limfonudus terdiri atas korteks (5) dan medula (6).
Korteks limfonodus (5) mengandung kelompok limfosit yang membentuk limfonoduli (5, 16) atau juga disebut noduli kortikal. Pada banyak noduli kortikal (16), tampak pusatnya yang lebih pucat. Daerah pusat ini adalah pusat germinal (18) yang merupakan tempat aktif proliferasi limfosit.
Di dalam medula limfonodus (6), limfosit tersusun berupa korda (deretan) jaringan limfatik tidak teratur yaitu korda modularis (14) yang mengandung makrofag, sel plasma, dan limfosit kecil. Sinus medularis (13) berjalan diantara korda ini.
Simpai nodus (2) dikelilingi jaringan ikat lemak perikapsular (1). Dari simpai, trabekula jaringan ikat (7) meluas ke dalam nodus, mula-mula diantara nodul kortikal (7, atas) dan kemudian bercabag-cabang di dalam medula (15) diantara korda medularis dan sinus-sinus. Trabekula mengandung pembuluh darah (15) utama limfonodus.
Pembuluh limfatik aferen (4) berjalan di dalam jaringan ikat limfonodus dan, pada interval tertentu, menembus simpai memasuki sinus subkapsularis (9, 17). Dari sini, sinus trabekularis (sinus kortikal) berjalan di sepanjang trabekula memasuki sinus medularis (13).
Di kanan atas sediaan, tampak hilus (12) limfonodus dan pembuluh limfatik eferen (11) yang mengalirkan limf dari nodus. Juga terdapat saraf, arteri kecil, dan vena yang memasuki nodus.


Gambar 8-4    Limfonodus: Proliferasi Limfosit
Dengan pembesaran yang lebih kuat dari Gb. 8-2, gambar ini memperlihatkan sebagian simpai limfonodus (1), sinus Subkapsularis (marginallis) (2), sebuah noduli limfatik dengan zona perifer (5), dan sebuah pusat geriminal (6) yang terdiri atas limfosit yang sedang berkembang.
Jaringan ikat retikular nodus tampak pada sinus subkapsularis (2) tempat terdapatnya sel-sel retikulum (9) serta cabang-cabangnya, dan serabut-serabut halus terkait. Limfosit kecil (11, atas) dan makrofag bebas (3, 10) juga terlihat di dalam sinussubkapsularis. Sel-sel endotel (sel pembatas) (4) membentuk lapisan penutup permukaan nodus secara tidak utuh. Sel retikulum (15) dan makrofag bebas (3, 7, 10) terlihat pada beberapa daerah lain pada nodus.
Zona perifer (5)noduli limfatik tampak padat karena dipenuhi limfosit kecil (11, bawah), yang ditandai dengan inti terpulas gelap, kromatin padat, dan sedikit (bila ada) sitoplasma.
Sebagian besar pusat germinal (6) terditi atas sel-sel limfosit ukuran sedang (12) yang ditandai dengan inti yang lebih besar dan lebih pucat, dan lebih banyak sitoplasma dibandingkan limfosit kecil; ukuran inti dan kepadatan kromatinnya mempunyai berbagai ukuran. Limfosit terbesar mempunyai kromatin kurang padat, berkembang dari limfoblas (14). Setelah beberapa kali berhasil bermitosis (8), kromatinnya memadat dan ukuran selnya berkurang, dan terbentuklah limfosit kecil.
Limfoblas (14) terlihat dalam kelompok-kelompk kecil di pusat germinal (6) yang ditanda dengan sel-sel bulat dengan banyak sitoplasma dan inti vesikular besar, dengan satu atau lebih nukleoli. Pembelahan mitotik limfoblas (13) menghasilkan limfoblas lain dan limfosit ukuran sedang.

Gambar 8-5    Tonsila Palatina
Permukaan tonsila palatina ditutupi  epitel berlapis gepeng (1) yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila (3, 10). Banyak limfonodulus (2) terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Noduli sering saling menyatu (8) dan umumnya memperlihatkan pusat germinal (7).
Jaringan ikat fibroelastis terdapat di bawah tonsila dan membentuk simpainya (11). Serpa (trabekula) (5, 9) berasal dari simpai (11) dan menyusup diantara limfonoduli sebagai pusat jaringan ikat dan smembentuk dinding kripti. Serat otot rangka (6, 12) membentuk lapisan di bawah tonsila.

Gambar 8-6    Kelenjar Timus (pandangan menyeluruh)
Kelenjar timus adalah organ limfoid yang berlobul-lobul. Timus diliputi oleh kapsul (1) jaringan ikat tempat banyak trabekula (2, 10) berasal. Trabekula meluas ke dan membagi kelenjar timus menjadi lobulus (8) yang tidak utuh. Setiap lobulus terdiri atas korteks (3, 13) (di luar) yang terpulas gelap dan medula (4, 12) (di dalam) di sebelahnya. Banyak pembuluh darah (5, 14) yang memasuki kelenjar timus melalui jaringan ikat kapsul (1) dan trabekula (2, 10).
Korteks (3, 13) setiap lobulus mengandung limfosit yang memadat tanpa pembentukan limfonodus, sebaliknya, medula (4, 12) mengandun glimfosit lebih sedikit, tetapi mempunyai sel retikular epitel yang lebih banyak. Medula juga mengandung badan Hassall (corpuscles thymic) (6, 9) yang menjadi ciri yang  sangat karakteristik pada kelenjar timus.
Histologi kelenjar timus bervariasi, tergantung usia individu. Kelenjar ini mencapai perkembangan terbesarnya segera setelah lahir; namun, kelenjar ini mulai berinvolusi pada masa pubertas. Produksi limfosit menurun dan badan Hassall (6, 9) menjadi lebih besar. Selain itu, parenkim kelenjar secara bertahap digantikan oleh jaringan ikat (10) longgar dan sel lemak (7, 11). Kelenjar timus yang digambarkan pada ilustrasi berikut memperlihatkan perubahan inovasi sesuai dengan usia.


Gambar 8-7    Kelenjar Timus (pandangan seksional)
Potongan kecil korteks dan medula suatu lobulus kelenjar timus terlihat dengan pembesaran yang lebih tinggi. Limfosit timus di korteks (1, 5) memperlihatkan agregasi yang padat. Di dalam medula (3), terdapat lebih sedikit limfosit, tetapi memiliki sel retikuler (7, 10) yang lebih banyak.
Badan Hassall (8) adalah struktur lonjong dengan agregasi sferis atau bulat sel epitel gepeng. Badan ini juga memperlihatkan pusat klasifikasi atau pusat degenerasi (9) yang terpulas seperti eosinofil. Tidak diketahui fungsi yang berarti pada badan ini.
Pembuluh darah (6) dan sel lemak (4) terlihat pada lobulus dan trabekula (2) jaringan ikat.




Korelasi Fungsional – Kelenjar Timus
Kelenjar timus juga merupakan unsur penting sistem imun tubuh. Kelenjar ini berperan penting semasa kanak-kanak untuk mengembangkan sistem imun organisme. Limfosit yang belum berdiferensiasi dibawa darah ke kelenjar timus. Disini, limfosit berpoliferasi dan berkembang menjadi limfosit T imunokompeten. Limfosit T ini kemudian meninggalkan kelenjar timus melelui darah dan menempati limfonodi, limpa, dan jaringan limfoid tergantung-timus lainnya. Di dalam kelenjar timus, dijumpai pula sel retikulum epitelial yang menyekresi hormon yang perlu untuk proliferasi, perkembangan, maturasi limfosit T, dan pemaparan penanda permukaannya. Hormon-hormon ini adalah trimulin, timpoietin, timosin, dan faktor humoral timus.
Bila secara eksperimental kelenjar timus dibuang pada neonatus, organ limfoid tidak memperoleh limfosit T imunokompeten, dan organisme itu tidak memperoleh kemampuan imunologik untuk melawan patogen. Kematian dapat terjadi di awal kehidupan akibat komplikasi suatu infeksi.

Gambar 8-9    Limpa: Pulpa Rubra dan Alba
Pembesaran lebih kuat sebagian limpa menampakkan daerah kecil pulpa rubra dan alba dengan struktur terkait, seperti trabekula jaringan ikat, macam-macam pembuluh darah, sinus venosus, dan korda limpa.
Limfonodus (3) besar merupakan bagian pulpa alba limpa. Pada nodul umumnya memiliki zona perifer, selubung limfatik periarteri, kumpulan limfosit kecil yang tersusun padat, sebuah pusat germinal (5) yang mungkin tidak selalu ada, dan sebuah arteri sentralis (4) yang terletak eksentrik. Sel-sel di dalam selubung  limfatik periarteri terutama adalah limfosit T. Di dalam pusat germinal (5) yang terpulas lebih pucat, terdapat limfosit B (terutama limfosit berukuran sedang, sedikit limfosit kecil, dan limfoblas).
Pulpa rubra mengandung kordasplenika (1, 8) (Billrith) dan sinus venosus (2, 9) yang terdapat diantara korda. Korda splenika (1, 8) adalah agregat jaringan limfstik yang mengandung limfosit kecil, sel-sel terkait, dan macam-macam sel darah. Sinus venosus (2, 9) adalah pembuluh lebar yang dilapisi endotel yang dimodifikasi; sel-sel panjangnya terlihat kuboid pada potongan melintang.
Di dalam pulpa rubra terdapat pula arteri pulpa (10) yang merupakan cabang arteri sentralis (4) setelah keluar dari limfonoduli (3). Juga terdapat kapiler dan vena pulpa (venul).
Tampak jelas trabekula dengan arteri trabekularis (6) dan vena trabekularis (7). Pembuluh ini memiliki tunika intima berendotel, dan tunika media berotot, namun tunika adventisia jaringan ikat tidak jelas; jaringan ikat trabekula mengelilingi tunika media.


Korelasi Fungfsional – Limpa
Limpa adalah organ limfoid terbesar. Salah satu fungsi utamanya adalah menyaring darah. Karena memiliki jejaring / network retikular padat, maka limpa berfungsi sebagai penyaring efektif untuk antigen, mikroorganisme, trombosit, dan eritrosit tua atau abnormal. Materi yang terperangkap pada anyaman retikular kemudian dibuang dari darah oleh makrofag dan sel retikular fagositik.
Limpa juga mendaur ulang besi. Makrofag menghancurkan hemoglobin eritrosit tua. Besi dikembalikan ke sumsum tulang. Yang merupakan tempat besi tersebut dipakai lagi untuk menyintesis hemoglobin baru oleh eritrosit yang sedang berkembang. Heme dari hemoglobin didegradasi dan diekskresi ke dalam empedu oleh sel-sel hati.
Semasa hidup fetal, limpa juga adalah organ hemopoietik yang menghasilkan granulosit, dan eritrosit. Namun. Kemampuan hemopoietik ini menurun setelah lahir. Limpa juga berfungsi sebagai reservoar darah yang penting. Karena strukturnya yang longgar mirip spons, banyak darah dapat ditampung di dalamnya. Bila diperlukan, darah simpanan itu dikembalikan ke sirkulasi umum.

Gambar 8-10  Korteks dan Medula Limfonodus
Fotomikrigraf pembesaran lemah ini menggambarkan sebagian limfonodus. Sebuah simpai (4) jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah dan sel-sel lemak (7) membungkus limfonodus. Di bawah simpai (4) terdapat sinus subkapsularis (12) yang gelap. Sinus medularis (11) mengangkut limf dan berkjomvergensi ke arah hilus modus. Di hilus terdapat banyak arteri (8) dan vena, dan pembuluh limfatik eferen dengan katup (10) yang mengangkut limf dari hilus limfonodus.
























SISTEM PENCERNAAN:
LIDAH DAN KELENJAR LIUR

SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut dan berakhir di anus. Sistem itu terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna ini, yaitu organ-organ tambahan kelenjar liur, hati, dan pankreas. Organ-organ ini menghasilkan banyak sekret yang dicurahkan kedalam saluran cerna melalui duktus ekskretonius. Sekret-sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya.

RONGGA MULUT
Di dalam rongga mulut, makanan ditampung, dikunyah, dan dilumasi dengan liur agar lebih mudah ditelan. Karena makanan harus dipecahkan di dalam rongga mulut, maka daerah ini dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung, yang juga melapisi permukaan dalam bibir.

LIDAH
Epitel permukaan dorsal lidah sangat tidak teratur dan ditutupi bangunan berupa tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang berindentasi pada jaringan ikat lamina propria. Empat jenis papila lidah, yaitu papila filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Papila yang palinga banyak adalah papila faliformis yang berbentuk kerucut lancip. Papila ini menutupi seluruh permukaan dorsal lidah. Yang lebih sedikit, namun lebih besar adalah papila fungiformis. Papila ini berbentuk seperti jamur dan lebih banyak dibagian anterior lidah. Papila sirkumvalata jauh lebih besar dari pada papila fungiformis atau filiformis dan hanya berjumlah 8 sampai 12 buah, terletak di daerah posterior lidah. Papila ini dikelilingi alur dalam. Banyak duktus ekskretorius kelenjar serosa (von Ebner) dibawahnya, terletak di dalam jaringan ikat lidah, bermuara kedalam dasar alur ini. Papila poliata berkembang baik pada hewan tertentu, namun tidak pada manusia.
Papila lidah ditutupi epitel berlapis gepeng yang sebagian mengalami pertandukan. Pada epitel papila fungiformis dan pada sisi lateral papila sirkumvalata, terdapat bangunan terbentuk tong yang disebut kalikulus gastatorius atau kuncup kecap (taste buds). Pada permukaan bebas setiap kuncup kecap terdapt lubang, disebut porus gustatorius atau pori kecap. Di dalam setiap kuncup kecap, terdapat reseptor sel kecap dan sel penyokongnya (sel sustentakuler). Berbeda dengan permukaan dorsal, epitel permukaan ventralnya licin, tanpa papila.
Lidah adalah stuktur berotot. Bagian dalamnya terdiri atas jaringan ikat dipusat diantara berkas-berkas serat otot rangka. Penyebaran dan orientasi serat-serat otot rangka lidah yang acak memungkinkan lidah bergerak bebas selama mengunyah dan menelan makanan, dan berbicara.

Gambar 10-1  Bibir (potongan memanjang)
Bagian pusat terdiri atas serat-serat otot ranagka, yaitu m. orbikularis oris (8). Dengan pulasan khusus akan terlihat jaringan ikat padat fibroelastis di bagian pusat ini. Disebelah kanan, terlihat kulit bibir, dan di kiri terlihat lapisan mukosa mulut.
            Kulit bibir dilapisi epidermis (9), terdiri atas epitel berlapis gepeng bertanduk. Di bawah epidermis (9), terdapat dermis (10) dengan kelenjar sebasea (11), folikel rambut (12), dan kelenjar keringat (14), yang semuanyamerupakan turunan epidermis. Dermis juga mengandung m. arektor pili (13, 15) dan berkas neurovaskular (7) pada tepi bibir.
            Mukosa bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (1).  Sel-sel permukaan, tanpa mengalami pertandukan, dilepas atau terkikis sedikit demi sedikit kedalam mulut. Dibawah epitel mukosa, terdapat lamina propria (2) jaringan ikat yang merupakan padanan dermis dari mepidermis. Didalam submukosa, terdapat kelenjar labialis yang tubuloasinar (4) yang sebagian besar terdiri atas mukosa dan sedikit serosa berbentuk bulan sabit. Sekretnya membasahi mukosa mulut dan saluran keluarnya yang kecil (4, bawah) bermuara didalam rongga mulut.
Peralihan epidermis kulit ke epitel mukosa mulut menggambarkan batas mukokutaneus. Tampak garis-garis merah atau vermilium (merah terang) batas bibir (6). Epitel bibir dan mukosa mulur (1) relatif lebih licin dibandingkan dengan epitel di epidermis (9). Papila bibir dan mukosa mulut dibawahnya sangat banyak, tinggi dengan banyak kapiler darah. Warna darah tampak melalui sel-sel di atasnya, memberikan warna merah yang khas pada bibir. Epitel mukosa bibir (1) juga lebih tebal dibandingkan dengan epidermis kulit (9).


Gambar 10-2  Lidah : Apeks (potongan memanjang, pandangan menyeluruh)
Mukosa lidah terdiri atas  epitel berlapis gepeng (1) dan lamina propria  tipis (1) berpapil yang mengandung jaringan limfod difus. Permukaan dorsal lidah ditandai benjolan-benjolan mukosa yang disebut papila (4, 6, 7). Papila yang paling banyak adalah papila filiformis (6) dengan ujung-ujung yang mengalami pertandukan. Papila yang tidak sebanyak itu adalah papila fungiformis (4, 7) yang memiliki permukaan bulat dengan epitel tanpa lapisan tanduk dan lamina propria (4) sebagai pusatnya. Semua papila terdapat pada permukan dorsal lidah dan tidak terdapat pada permukaan ventral (18) yang dilapisi mukosa licin.
Bagian pusat lidah terdiri atas berkas-berkas otot rangka yang malang melintang (3, 5). Akibatnya, otot lidah terlihat terpotong memanjang, melintang, dan oblik pada suatu potongan. Di dalam jaringan  ikat disekitar berkas otot, terdapat  banyak pembuluh darah  (9, 10, 15, 16) dan saraf (8, 17).
Terlihat sebagian kelenjar lingual anterior dipertengahan bawah lidah dekat apeks dan terpendam di dalam otot (3,5). Kelenjar ini merupakan jenis kelenjar campuran, yang mengandung serosa (11), mukosa (13), dan campuran dengan serosa  berbentuk bulan sabit (tidak tampak). Duktus interlobular (12) bermuara ke dalam duktus ekskretorius (14) yang lebih besar, kemudian bermuara ke dalam rongga mulut pada permukaan ventral lidah.

Gambar 10-3  Lidah : Papila Sirkumvalata (potongan melintang)
Tampak potongan melintang papila sirkumvalata pada gambar ini. Epitel lidah, epitel lingual (2), dan yang melapisi papila sirkumvalata adalah epitel berlapis gepeng (1). Jaringan ikat dibawahnya, yaitu lamina propria (3), memperlihatkan banyak papila sekunder (7) yang menonjol kedalam epitel berlapis gepeng papila itu. Alur  dalam (5, 10) mengelilingi dasar setiap papila sirkumvalata.
Terdapat banyak kuncup kecap lonjong (4, 9) pada epitel permukaan lateral papila sirkumvalata dan pada dinding luar alur (5, 10). Pembesar lebih kuat dan lebih rinci tentang kuncup kecap (4, 9) dapat dilihat pada Gb. 10- 4. Di lamina propria bagian dalam (3) dan pusat lidah, terdapat banyak kelenjar serosa tubulosinar (von Ebner) (6, 11) yang duktus ekskretoriusnya (6a, 11a) bermuara pada dasar alur sirkular (5, 10) disekitar papila sirkumvalata. Produk sekresinya berfungsi sebagai pelarut bagi substansi pemicu-rasa.
 Sebagian besar pusat lidah terdiri atas berkas-berkas otot rangka (12) yang saling beranyaman. Banyak serat otot rangka yang terpotong memanjang (12a) dan melintang (12b). Susunan otot demikian  memungkinkan gerak bebas lidah yang penting untuk membentuk nada, mengunyah, dan menelan makanan. Lamina propria (3) disekitar kelenjar serosa (6, 11) dan oto juga mengandung banyak pembuluh darah (8).

Gambar 10-10    Gigi yang Berkembang (pandangan menyeluruh)
Sebuah gigi desidua yang berkembang tampak terpendam di dalam sebuah kantung, yaitu alveoli dentis (22) pada tulang rahang (4). Selapis jaringan ikat (3) mengelilingi gigi yang berkembang itu, membentuk lapisan kompak di sekitar gigi, yaitu sakus dentis (5). Di dalam sakus, terdapat organ email yang terbungkus. Organ ini terdiri atas epitel email luar (18), retikulum stelata pulpa email (6, 19), stratum intermedius (20), dan ameloblas  atau epitel email dalam (17). Semua struktur ini berkembang dari pertumbuhan ke bawah epitel gusi (1). Ameloblas menghasilkan email di sekitar dentin (9, 16). Email (8, 15) tampak sebagai pita sempit material merah muda terpulas gelap.
Pulpa dentis (21) berasal dari jaringan ikat primitif dan membentuk bagian pusat gigi yang berkembang. Pembuluh darah dan saraf terjulur ke dalam dan menyarafi pulpa dentis dari bawah. Sel-sel mesenkim di dalam papila dentis berkembang menjadi odontoblas (11) dan membentuk tepi luar pulpa dentis (21). Odontoblas (11) menyekresi predentin (10, 17), yaitu dentin yang belum mengapur. Setelah predentin (10, 17) mengapur, predentin membentuk selapis dentin (9, 16), yang bersebelahan dengan email (8, 15).
Mukosa mulut (1, 13) menutupi gigi yang berkembang. Pertumbuhan epitel ke bawah dari epitel mulut menynjukkan benih gigi permanen (2). Pada dasar gigi, epitel email luar dan dalam membentuk selubung akar epitel (Hertwig) (12)

Gambar 10-12  Kelenjar Liur : Parotis

Gambar 10-13  Kelenjar Liur : sebmandibular

Korelasi Fungsional – Kelenjar Liur dan Liur
Kelenjar liur menghasilkan sekret berair yang disebut liur (saliva) yang memasuki rongga mulut melalui duktus ekskretorius berbeda. Sel miopitel yang mengelilingi asini sekretoris  dan duktus interkalaris, berkontraksi dan membantu mengeluarkan produk sekresi dari struktur ini. Liur adalah campuran sekret yang dihasilkan  berbagai kelenjar liur yang ada. Meskipun komposisi utama liur adalah air, liur juga mengandung ion-ion, mukus, enzim, dan imunoglobulin. Penglihatan, penghiduan, pikiran, pengecapan, atau adanya makanan dalam mulut akan menyebabkan bertambahnya sekresi liur secara otonomik  dan dikeluarkan ke dalam mulut.
Liur melakukan banyak fungsi penting di dalam rongga mulut, yaitu membasahi makanan yang dikunyah, melumasi bolus agar mudah ditelan melewati esofagus ke lambung. Liur juga mengandung banyak elektrolit (Ca, K, Na, Cl, ion bikarbonat, dll). Enzim emilase  terutama dihasilkan oleh asini serosa kelenjar liur dan ditemukan dalam liur. Enzim ini mengawali perombakan tepung menjadi karbohidrat yang lebih kecil sewaktu makanan berada di rongga mulut.
Liur juga mengendalikan flora bakteri  di dalam mulut dan melindungi rongga mulut terhadap patogen. Enzim lisozim liur juga dihasilkan sel-sel serosa, menghidrolisis dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhannya di dalam rongga mulut. Imunoglobulin  dalam liur, terutama IgA yang dihasilkan sel plasma dalam jaringan ikat kelenjar, membantu pertahanan imunologis terhadap bakteri di dalam mulut.
Saat liur mengalir melalui sistem saluran kelenjar liur, duktus striata memodifikasi isi ionnya melalui transport selektif material ke dan dari liur. Ion Na dan Cl secara aktif direabsorbsi dari cairan dalam lumen, sedangkan ion K dan bikarbonat ditambahkan pada sekret liur.




SISTEM PENCERNAAN :
ESOFAGUS DAN GASTER


PANDANGAN UMUM
Saluran cerna adalah struktur berongga panjang yang meluas dari esofagus sampai ke rektrum. Dinding saluran ini terdiri atas empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Pada saluran cerna yang tetroperitoneal, lapisan terluarnya terdiri atas jaringan ikat yang disebut adventisia. Namun, empat lapis saluran cerna itu menunjukkan variasi histologik yang nyata. Variasi ini tergantung pada lokasi saluran cerna dan fungsi spesifik yang dilakukan selama proses pencernaan. Ciri khas setiap lapis pada saluran cerna serta fungsinya dibahas pada setiap gambar organ pencernaan berbeda.

ESOFAGUS
Esofagus adalah suatu saluran panjang dan lunak yang panjangnya kira-kira 10 inci (meluas dari faring sampai ke lambung). Saluran ini terletak di posterior trakea dan sebagian besar ditemukan di dalam mediastinum rongga toraks. Esofagus menembus diafragma muskular, dan sebagian kecil saluran ini memasuki rongga abdomen sebelum berakhir pada lambung. Di rongga toraks, esofagus dikelilingi oleh adventisia jaringan ikat. Di rongga abdomen, esofagus yang membentuk serosa  dikelilingi oleh mesotelium (suatu epitel gepeng sederhana). Lumen esofagus dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan keratin. Pada saat saluran ini kosong, lumennya memperlihatkan banyak lipatan longitudinal  sementara pada mukosa. Dinding luar esofagus terdiri atas otot rangka (sepertiga atas esofagus), campuran otot rangka dan otot polos (sepertiga tengah esofagus), dan otot polos (sepertiga bawah esofagus).



GASTER
Gaster/lambung adalah perluasan organ berongga yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Pada staut esofagus-gaster, terdapat transisi mendadak dari epitel berlapis gepeng esofagus menjadi epitel silindris tunggal gaster. Pada permukaan luminal gaster, terlihat banyak pembukaan kecil yang disebut foveola gastrika / pit gaster. Lubang ini dibentuk oleh epitel luminal yang berinvaginasi ke lamina propria jaringan ikat mukosa di bawahnya. Kelenjar gaster tubular terletak di bawah dan secara langsung bermuara ke lubang gaster untuk mengalirkan isinya ke lumen gaster. Lubang gaster meluas melalui lamina propria ke mukosa muskularis.
Submukosa jaringan ikat padat yang terdapat di bawah mukosa gaster, mengandung banyak pembuluh darah dan saraf gaster. Dinding muskular tebal gaster, selain dua lapisan yang normal terlihat pada esofagus dan usus halus. Lapisan luar gaster ditutupi oleh serosa atau peritoneum viseral.
Secara anatomi, gaster dibagi menjadi kardia kecil, tempat berakhir esofagus, bagian atas gaster yang berbentuk kubah (fundus), suatu badan bawah (korpus), dan pilorus. Fundus dan korpus menempati dua pertiga lambung yang identik secara histologi. Akibatnya, gaster hanya mempunyai tiga daerah histologis yang berbeda. Fundus dan korpus membentuk bagian mayor gaster yang mukosanya terdiri atas kelenjar gaster (terletak di dalam) dan menghasilkan sebagian besar sekresi gaster atau getah untuk pencernaan. Seluruh bagian gaster terdapat ruge,  yaitu lipatan longitudinal mukosa dan submukosa. Lipatan ini hanya terdapat sementara saja dan menghilang pada saat gaster mengalami distensi oleh cairan dan material padat.

KELENJAR GASTER DAN JENIS SELNYA
Kardia dan pilorus terletak pada ujung gaster yang berlawanan. Kardia mengelilingi pintu masuk esofagus ke dalam gaster. Pilorus adalah daerah yang paling bawah pada gaster dan berakhir di batas duodenum usus halus. Di kardia, fevolea gastrika pit tampak dalam. Namun, kelenjar gaster pada kedua daerah ini mempunyai gambaran histologi yang sama dan selnya terutama menyekresi mukus. Sebaliknya, kelenjar gaster pada fundus  dan korpus lambung terdiri atas tiga jenis sel mayor. Sel leher mukosa terletak di daerah atas kelenjar gaster di dekat pit gaster. Sel parietal adalah sel poligonal besar dengan sitoplasma eosinofilik jelas terutama terletak di pertengahan atas kelenjar gaster dan diperas di antara sel lain. Sel chief (zimogenik) terutama terletak di daerah bawah kelenjar gaster dan merupakan sel kuboid basofilik.

Gambar 11-1    Esofagus bagian Atas : Dinding (potongan melintang)








Gambar 11-2    Esofagus bagian Atas : Mukosa dan Submukosa (potongan melintang)

KORELASI FUNGSIONAL-ESOFAGUS
Fungsi utama esofagus adalah mengalirkan cairan dan/atau makanan yang sudah dikunyah atau bolus dari rongga mulut masuk ke lambung. Untuk melaksanakan fungsi ini, lumen esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung. Kelenjar yang juga ikut membantu fungsi konduksi adalah kelenjar esofageal  yang terdapat di jaringan ikat dinding. Kelenjar ini menghasilkan produk  sekresi, yaitu mukus, yang disalurkan melalui duktus ekskretorius  melalui epitel umtuk melumasi lumen esofagus. Materi yang ditelan dipaksa dari satu ujung ke ujung lain oleh kontraksi kuat otot yang disebut peristalsis. Di ujung bawah esofagus, terdapat sebuah otot,   yaitu sfingter gastroesofageal yang berfungsi menutup lumen dan mencegah regurgitasi makanan yang sudah ditelan ke dalam esofagus.


Gambar 11-5   Batas/Taut Esofagus – Gaster

Gambar 11-6   Gaster: Bagian Fundus dan Korpus (potongan melintang)

KORELASI FUNGSIONAL – GASTER (LAMBUNG)
Fungsi utama gaster adalah menerima, menampung, mencampur, dan mencerna produk makanan. Sebagian fungsi ini dilakukan secara mekanis dan kimiawi, yang mengubah bolus materi makanan menjadi massa semicair dusebut chymus. Pengolahan bolus secara mekanis terlaksana oleh kontraksi peristaltik kuat otot-otot tebal dinding gaster saat makanan memasuki dan menuruni dinding gaster. Dengan pilorus yang tertutup, kontraksi ini memeras dan mengaduk makanan dengan getah lambung yang dihasilkan kelenjar gaster. Neuron dan akson pleksus saraf submukosa (Meissner) dan pleksus mienterikus (Auerbach) gaster mengatur gerak peristaltik. Gaster juga berfungsi menyerap, namun hanya terbatas untuk air, alkohol, garam-garam, dan obat tertentu.

GAMBAR 11-10 GASTER : MUKOSA BAGIAN PILORUS


KORELASI FUNGSIONAL – SEL-SEL KELENJAR PILORUS GASTER
Kelenjar pilorus mengandung jenis sel serupa dengan yang ada di kelenjar gaster. Selain menghasilkan mukus, sel-sel ini juga menghasilkan enzim lisozim yang menghancurkan bakteri dalam gaster.































SISTEM PENCERNAAN :
USUS HALUS DAN USU BESAR


USUS HALUS
Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran panjang berkelok-kelok, panjangnya kira-kira 5 meter. Usus ini terbentang dari batas lambung sampai ke batas usus atau kolon. Untuk keperluan deskriptif, usus halus dibagi dalam tiga bagian : duodenum, jejunum, dab ileum. Peralihan  dan perbedaan mikroskopik ketiga segmen hanya sedikit.
Mukosa usus halus menampakkan struktur khusus untuk memperluas permukaan absorpsinya. Struktur ini adalah plika sirkularis, vili intestinales, dan mikrovili. Plika sirkularis adalah lipatan  atau peninggian  mukosa (dengan inti submukosa) permanen, berjalan berpilin dan terjulur ke dalam lumen usus; plika yang paling besar terdapat di bagian proksimal usus halus yang merupakan tempat sebagian besar absorpsi berlangsung, dan makin mengecil ke arah ileum (Gb. 12-2). Vili intestinales adalah tonjolan permanen  mirip jari pada lamina propria mukosa yang juga terjulur ke dalam lumen. Vili ditutupi epitel selapis silindris dan lebih banyak terdapat dibagian proksimal usus halus. Pusat jaringan ikat setiap villus mengandung kapiler limvatik yang disebut lakteal, kapiler darah, dan berkas otot polos. Mikrovili adalah juluran sitoplasma yang menutupi apeks sel-sel  absorptif usus. Dengan mikroskop cahaya, mikrovili tyampak sebagai striated (Brush) border.
Epitel yang membatasi permukaan gaster hanya terdiri atas satu jenis sel (penghasil mukus) sebaliknya, permukaan mukosa usus halus mengandung banyak jenis sel. Kebanyakan sel dalam epitel usus adalah sel absorptif silindris tinggi dengan striated border (mikrovili) jelas yang ditutupi selubung glikokaliks tebal. Diantara sel absorptif silindris ini terdapat sel-sel goblet  makin ke distal usus halus makin banya k dijumpai.
Usus halus juga mengandung  banyak kelenjar intestinal (kripti Lieberkuhn). Kelenjar-kelenjar ini letak di mukosa usus dan bermuara ke dalam lumen usus pada dasar vili. Epitel permukaan vili juga ikut melapisis kelenjar intestinal. Sel yang tidak berdiferensiasi (undifferentiated) pada kelenjar intestinal menampakkan aktifitas mitotik dan membentuk sel absorptif silindris dan sel goblet epitel usus pada dasar kelenjar intestinal terdapat sel-sel Paneth yang ditandai dengan glanul eosinofilik di sitoplasmanya. Banyak sel enteroendokrin atau sel APUD (amine precursor uptake and decarboxylation) pada epitel vili dan kelenjar intestinal. Pada dinding ujung terminal usus halus, yaitu ileum, terdapat banyak agregat limfonoduli yang berhimpitan disebut plak Peyer. Noduli ini sangat nyata dan menepati sebagian besar submukosa ileum.

USUS BESAR (KOLON)
Usus besar terdapat doiantara anus dan ujun gterminal ileum. Usus besar terdirui atas segmen awal (sekum), dan kolon asendens, transsversum, desendens, sigmoid, dan rektum dan anus. Sisa makanan yang tidak tercerna dan tidak di absorbsi di dalam usus halus di dorong ke dalam usus besar oleh gerak peristaltik kuat otot muskularis eksterna usus halus. Residu yang memasuki usus besar itu berbentuk semicair; saat mencapai bagian akhir usus besar, residu ini telah menjadi semisolid sebagaimana feses umumnya. Meskipun terdapa di usus halus sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh lebih banyak dibandingkan dengan di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah dari bagian sekum ke kolon sigmoid. Usus besar tidak memiliki plika sirkularis maupun vili intestinales, dan kelenjar usus/intestinal terletak labih dalam daripada di usus halus. Klenjar intestinal usus besar juga tidak memiliki sel Paneth, namun memiliki berbagai sel enteroendokrin (APUD).







Gambar 12-1  Usus Halus: Duodenum (potongan memanjang)


Korelasi Fungsional – Duodenum
Ciri khas bagian pertama usus halus, yaitu duodenum, adalah adanya kelenjarduodenal (Brunner) yang tubulu-alveolar bercabang di dalam submukosa. Duktus ekskretorius kelenjar ini menembus mukosa muskularis dan mencurahkan sekretnya ke dalam lumen duodenum pada dasar kelenjar intestinal. Fungsi utama kelenjar duodenal adalah melindungi mukosa duodenum terhadap isi gaster yang sangat korosif. Fungsi ini terlaksana dengan menghasilkan mukus dan ion-ion bikarbonat yang alkalis yang menetralkan chymus asam yang memasuki duodenum dari  lambung. Kelenjar duodenal mencurahkan sekretnya ke dalam lumen sebagai respons terhadap masuknya chymus asam dan terhadap rangsangan parasimpatis melalui nervus bagus. Sekret alkalis ini juga membantu kerja enzim pencernaan. Kelenjar duodenal juga menghasilkan hormon polipeptida disebut urogastron. Hormon ini menghambat sekresi HCl oleh sel pariental gaster dan meningkatkan poliferasi epitel dalam usus halus.


Gambar 12-2  Usus Halus: Jejunum-Ileum (potongan melintang)


Korelasi Fungsional ­– Usus Halus
Usus halus melakukan banyak fungsi pencernaan yang penting, termasuk (1) melanjutkan pencernaan (yang diawali dilambung) produk makanan (chymus) oleh bahan-bahan kimia enzim yang dihasilkan hepar dan pankreas, dan oleh sel-sel mukosanya sendiri; (2) absorpssi selektif nutrien kedalam darah dan kapiler limf;(3) mentranspor chymus dan materi limbah pencernaan keusus besar; dan (4) membebaskan hormon-hormon yang mengatur pencernaan. Sel-sel gobet pada epitel permukaan menghasilkan mukus yang melumasi, membungkus, dan melindungi permukaan usus terhadap kerja korosif zat-zat kimia dan enzim pencernaan. Selubung glikokaliks luar pada sel-sel absorptif utama tidak hanya melindungi permukaan usus terhadap pensernaan, namun juga mengandung enzim-enzim yang diperlukan untuk pencernaan akhir berbagai produk makanan, yaitu enzim pankreas yang terdapat di dalam lumen dan diserap pad glikokaliks sel-sel absorptif. Protein transpor kemudian mengangkut produk pencernaan kedalam sel. Sel usus mengabsorbsi asam amino, glukoisa, dan asam lemak. Produk akhir pencernaan berturut-turut adalah protein, karbohidrat dan lemak. Asam amino dan glukosa di transport melalui sel-sel usus ke dalam kapiler darah. Namun kebanyakan asam lemak tidak emmasuki kapiler darah melainkan memasuki pembuluh limf lakteal yang terdapat di lamina profiavili.

Gambar 12-6  usus Besar : Kolon dan Mesenterium (pandangan menyeluruh, potongan melintang)






Gambar 12-8    Apendiks (pandangfa menyeluruh, potongan melintang


Gambar 12-9   Rektum (pandangan menyeluruh, potongan melintang)

SISTEM PENCERNAAN: HEPAR, KANDUNG EMPEDU DAN PANKREAS

Gambar 13-2  Hati Primata (pandangan menyeluruh, potongan melintang)

Korelasi Fungsional – Hati
Dikatakan bahwa hati melaksanakan ratusan fungsi, dan sel hati melakukan lebih banyak fungsi daripada sel lain maupun di tubuh kita. Sebagai sel ekokrin, hepatosit menyintesis dan smembebaskan empedu ke dalam sistem duktus ekskretorius, yaitu kanalikuli biliaris. Garam empedu yang terdapat di adalam empedu penting untuk mengemulasi lemak yang memasuki usus halus (duodenum) dari lambung. Pengemulsian lemak memudahkan pencernaan lemak oleh enzim pencerna-lemak, yaitu lipase pankreas yang dihasilkan pankreas. Lemak yang dicerna kemudian diserap oleh sel-sel usus halus dan memasuki saluran lakteal limfatik yang terletak pada setiap vilus. Dari vili, lemak dibawa ke pembuluh limfatik lebih besar, yang berakhir di vena utama untuk diteruskan ke jantung.
Hepatosit juga merupakan sel endokrin. Sel ini membebaskan banyak produk langsung ke dalam aliran dalam saat adarah mengalir melalui sinusoid dan berkontak langsung dengan hapatosit. Jadi, hepatosit melaksanakan fungsi eksokrin dan endokrin sekaligus. Fungsi hati antara lain mencakup sintesis banyak protein plasma seperti albumin dan faktor pembekuan darah protrombin dan fibrinogen. Hati juga menimbun glukosa (sebagai glikogen), lemak, dan berbagai vitamin. Bila sel-sel tubuh memerlukan glukosa, glikogen dari hati dikonversi kembalimenjadi glukosa dan dibebaskan ke dalam aliran darah. Sel hati juga mendetoksikasi macam-macam obat dan bahan kimia yang adapat merusak. Sel Kupffer adalah fagosit hati khusus yang berasal dari monosit darah dan terdapat di adalam sinusoid. Sel besar dan bercabang ini memfagositosis benda-benda renik dan debris selular yang mengalir melalui sinusoid. Pada fetus, sel-sel hati berfungsi hematopoietik – fungsi penting pembentukan darah. Jadi, hati merupakan organ esensial untuk kehidupan.

Gambar 13-9  Kandung Empedu (pandangan menyeluruh)

Korelasi Fungsional – Kandung Empedu
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan, memekatkan, dan mengeluarjan empedu bila diperlukan pencernaan. Natrium secara aktif diangkut melalui epitel selapis silindris kandung empedu ke dalam jaringan ikat ekstrasel. Ion klorida dan air mengikuti secara pasif sehingga empedu memekat.
            Sebagai resppons atas masuknya lemak makanan ke dalam duodenum, sebuah hormon, yaitu kolesitokinin (CCK), dilepaskan ke dalam aliran darah oleh sel-sel enteroendokrin yang terdapat di mukosa usus. CCK dibawa oleh darah ke kandung empedu, menimbulkan kontraksi otot polos pada dindingnya. Pada saat yang sama, otot sfingter disekitar leher jandung empedu melemas (relaksasi). Kombinasi kerja ini memaksa empedu masuk ke dalam duodenum melalui duktus koledokus. Fungsi empedu dan proses pencernaan telah disebut saat membahas fugsi hati.

Gambar 13-10            Pankreas (sediaan seksional)

Korelasi Fungsional – Pankreas Eksokrin
Fungsi pankreas dilaksanakan oleh populasi sel khusus. Karena adalah organ endokrin dan eksokrin, maka pankreas mengasilkan banyak enzim pencernaan dan hormon. Sekresi pankreas diatur oleh rangsanngan hormonal maupun vagal (vagus). Duo hormon intestinal, yaitu, yaitu sekretin dan kolesistokinin yang disekresi sel enteroendokrin (APUD) dari mukosa duodenum ke dalam aliran darah, mengatur sekresi pankreas. Pankreas menghasilkan cairan alkalis dan banyak enzim pencernaan yang merombak protein, lemak, dan karbohidrat menjadi molekul-molekul lebih kecil agar diabsorpsi di usus halus.
            Sekresi respons atas adanya chymus asam di usus halus (duodenum), sekretin merangsang sel pankreas untuk menyekresi banyak cairan berair yang kaya ion Na-bilkarbonat. Caioran ini, yang tidak atau sedikit mempunyai aktiviatas enzimatik, dihasilkan terutama oleh sel-sel yang melapisi duktus interkalaris yang lebih halus. Fungsi cairan ini adalah untuk menetralkan chymus asam tadi dan menciptakan lingkungan optimal bagi aktivitas enzim pankreas.
            Sebagai respons atas lemak dan protein di dalam usus halus, kolesistokinin merangsang sel-sel asinar di pankreas untuk menyekresi sejumlah besar enzim pencernaan. Enzim pankreas yang diproduksi sel-sel asinar memasuki duodenum dalam bentuk  tidak aktif dan kemudian diaktifkan oleh sebuah hormon yang disekresi mukosa usus.






































SISTEM SIRKULASI

















SISTEM LIMFOID

















SISTEM PENCERNAAN

Post a Comment

 
Top