Fatimiyah, atau al-Fāthimiyyūn ialah
penguasa Syiah
yang berkuasa di berbagai wilayah di Maghreb,
Mesir,
dan Syam
dari 5 Januari
910 hingga 1171. Negeri ini dikuasai
oleh Ismailiyah,
salah satu cabang Syi'ah.
Pemimpinnya juga para imam
Syiah, jadi mereka memiliki kepentingan keagamaan terhadap Isma'iliyyun. Kadang
dinasti ini disebut pula dengan Bani Ubaidillah, sesuai dengan nama
pendiri dinasti.
Kebangkitan Fatimiyah
Fatimiyah berasal dari suatu tempat
yang kini dikenal sebagai Tunisia ("Ifriqiya") namun setelah penaklukan Mesir sekitar 971, ibukotanya dipindahkan
ke Kairo.
Di masa Fatimiyah, Mesir menjadi pusat
kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah
Afrika,
Palestina,
Suriah,
Yaman,
dan Hijaz.
Di masa Fatimiyah, Mesir berkembang menjadi pusat perdagangan luas di Laut Tengah
dan Samudera Hindia, yang menentukan jalannya
ekonomi Mesir selama Abad Pertengahan Akhir
yang saat itu dialami Eropa.
Fatimiyah didirikan pada 909 oleh ˤAbdullāh al-Mahdī
Billa, yang melegitimasi klaimnya melalui keturunan dari Nabi Muhammad
dari jalur Fāthimah az-Zahra dan suaminya ˤAlī ibn-Abī-Tālib,
{Imām Shīˤa pertama. Oleh karena itu negeri ini bernama al-Fātimiyyūn
"Fatimiyah".
Dengan cepat kendali Abdullāh al-Mahdi
meluas ke seluruh Maghreb,
wilayah yang kini adalah Maroko,
Aljazair,
Tunisia
dan Libya,
yang diperintahnya dari Mahdia, ibukota yang dibangun di Tunisia.
Fatimiyah memasuki Mesir pada 972, menaklukkan dinasti Ikhshidiyah dan
mendirikan ibukota baru di al-Qāhirat "Sang Penunduk" (Kairo modern)- rujukan
pada munculnya planet Mars. Mereka terus menaklukkan wilayah sekitarnya hingga
mereka berkuasa dari Tunisia
ke Suriah
dan malahan menyeberang ke Sisilia dan Italia
selatan.
Tak seperti pemerintahan di sama,
kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara lebih berdasarkan pada kecakapan
daripada keturunan. Anggota cabang lain dalam
Islām, seperti Sunni,
sepertinya diangkat ke kedudukan pemerintahan sebagaimana Syi'ah. Toleransi
dikembangkan kepada non-Muslim seperti orang-orang Kristen
dan Yahudi,
yang mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan
dengan berdasarkan pada kemampuan (pengecualian pada sikap umum toleransi ini
termasuk "Mad Caliph" Al-Hakim bi-Amrillah).
Kejatuhan
Pada 1040-an,
Ziriyah (gubernur Afrika Utara pada masa
Fatimiyah) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Fatimiyah dan berpindahnya
mereka ke Islām Sunnī, yang menimbulkan serangan Banū Hilal yang
menghancurkan. Setelah 1070,
Fatimiyah mengendalikan pesisir Syam
dan bagian Suriah terkena serangan bangsa Turki,
kemudian Pasukan Salib, sehingga
wilayah Fatimiyah menyempit sampai hanya meliputi Mesir.
Setelah terjadi pembusukan sistem
politik Fatimiyah pada 1160-an, penguasa Zengid Nūr ad-Dīn
memerintahkan jenderalnya, Salahuddin Ayyubi,
menaklukkan Mesir pada 1169,
membentuk Dinasti Ayyubi Sunni.
Para Imām Fatimiyah
Kata "Imām" sebagaimana yang
digunakan dalam Islām Shīˤa
berarti pemimpin pengganti dalam komunitas muslim dari keturunan langsung ˤAlī ibn-Abī-Tālib.
4.
Abū Tamīm Ma'add
al-Mu'izz li-Dīn Allāh (953-975) Mesir ditaklukkan
semasa pemerintahannya
10.
al-Āmir bi-Aḥkām Allāh (1101-1130) Penguasa Fatimiyah
di Mesir setelah tak diakui sebagai Imam oleh tokoh Ismailiyah Mustaali Taiyabi.
al-'Āḍid (1160-1171)
Post a Comment
Post a Comment