0


A.  Menyimak Komprehensif
            Menyimak komprehensif adalah salah satu tujuan menyimak yang menerima rangsangan untuk memahami suatu pesan tertentu. Seseorang dapat dikatakan sebagai penyimak komprehensif yang baik apabila dia dapat menerima, memperhatikan dan memberikan makna dari pesan yang sedekat mungkin sama dengan pesan yang disampaikan oleh pembicara.

B.  Proses Menyimak Komoprehensif
Kegiatan komunikasi banyak dilakukan secara lisan, sehingga kemampuan menymak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Dengan kemampuan menyiniak yang baik, pemahaman yang tepat terhadap pesan dapat tercapai. Pemahaman yang utuh dan tepat hanya dapai terjadi bila penyimak atau pendengar secara aktif memproses apa yang didengarnya itu melalui komponen-komponen tertentu yang bekerja derigan baik dalam dirinya. Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak ialah, rangsangan berupa bunyi, penerimaan pesan, perhatian, penyeleksian, dan pemberian makna dari pesan yang disampaikan. Berikut aspek-aspek yang terlibat di dalam proses menyimak akan diuraikan secara rinci. 
  1. Rangsang Bunyi
Banyak ahli yang memberikan pendapataya tentang simbol-simbol dari pembicaraan yang diterima seseorang dalam proses menyimak. Weaver (1972) memasaukkan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya selain bunyi linguistic, sebagai tipe-tipe symbol bunyi yang dapat diterima dan dimaknai oleh penyimak. Bila seseorang meneriakkan "ada kebakaran!", maka teriakan itu sama maknanya dengan isyarat bunyi sirene mobil pemadam kebakaran. 

  1. Penerimaan oleh Alat Dengar
Menerima pesan dalam menyimak merupakan proses mendengarkan rangsangan yang berupa bunyi. Gelombang-gelombang suara yang berjalan melalui udara merangsang telinga penerima yang menyebabkan si penerima berita mengaktiflcan pendengarannya, mula-mula berupa dorongan atau rangsangan pada syaraf-syaraf. Kerja syaraf-syaraf itu terjadi berkat adanya kendali otak. Tahap ini disebut tahap fciologis.berita yang dating ke telinga penyimak dalam bentuk gelombang itu diolah oleh otak kanan jalan mencocokkan gejala-gejala itu dengan pengetahuan system bunyi bahasa. Tahap ini disebut tahap linguistik. 
  1. Pemberian Makna
Selanjutnya, proses menyimak melalui pemberian makna. Proses ini mengacu pada interpretasian atau pemahaman terhadap pesan yang didengar dan diterima. Dalam proses ini tujuan menyimak adalah untuk menghasilkan makna semirip atau sedekat mungkin dengan pesan yang diberikan pembicara. Bagaimanapun, karena pemberi pesan dan penyimak memiliki perbedaan pengalaman, perasaan, dan harapan, tujuan yang diharapkan itu tidak selalu tercapai. 
  1. Fungsi Comprehensive Listening
Seperti telah diuraian pada bagian terdahulu bahwa dalam berbagai fase kehidupan, [nanusia roenjadikan menyimak sebagai media untuk memahami sesuatu. Dalam proses pendidikan misalnya, hamper seluruh kegiatan penyampaian bahan/materi pendidikan [pengandalkan pada comprehensive listening. Oleh sebab itu untuk menjadi pendengar komprehensif yang baik, kita hanya perlu berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan, sdanjutnya mencari kaitan antara satu pesan dengan lainnya untuk akhirnya sampai pada pemahaman yang dikehendaki, tidak perlu membuat penafsiran terlalu kritis pada pesan yang disarapaikan oleh si pembicara.

C.    Faktor-faktor yang berkaitan dengan Menyimak Komprehensif
Di antara beberapa tujuan menyimak yang telah dipelajari di muka, tampaknya menyimak komprehensiflah yang akan mendapat perhatian lebih khusus, dengan alasan bahwa menyimak pemahaman bersifat testable (dapat diuji). Melalui pengujian (test) dapat diketahui seberapa besar efesiensi menyimak si pendengar. Selanjutnya dikenal beberapa factor yang dapat merapengaruhi kemampuan menyimak komprehensif, yaitu memori, konsentrasi, kosakata, dan factor-faktor tambahan lain. 
a.      Memori (Ingatan)
Salah satu factor yang berhubungan langsung dengan mendengar komprehensif adalah memori. Menurut teori skematis, kita tak dapat memproses suatu informasi tanpa melibatkan memori. Menurut teori ini, dengan memori manusia dapat menghubungkan konsep yang satu
konsep lainnya. Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi yaitu:
1)      Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivas;
2)      Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita pada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain;
3)      Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman atau pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Dengan alasan-alasan tersebut, maka menyimak komprehensif melibatkan pemprosesan i, da kita pun dapat mengukur menyimak komprehensif dengan mengukur seberapa jauh kemampuan seseorang dalam mengingat informasi-informasi yang telah diperoleh melalui jfigatan/memori. Seperti pada uraian lalu dijelaskan bahwa informasi-informasi itu tidak sefliuanya dapat dicerna akan tetapi beberapa dapat tercecer, bahkan infonnasi yang telah disimpan dapat hilang pula. Terdapat beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang telah disimpan dalam memori dapat hilang begitu saja (terjadi proses kelupaan). Teori-teori tersebut diantaranya sebagai berikut :

1.      Fading Theory (Teori Pemudaran).
Menurut teori mi informasi yang tidak lagi sering digunakan akan memudar atau perlahan-lahan hilang dari ingatan/memori;
2.      Distortion Theory (Teori Distorsi).
Teori ini memberikan penjelasan bahwa suatu hiforaiasi akan terdistorsi (terpengaruh) oleh informasi lain yang mirip dengan informasi sebelumnya dan terkadang tidak dapat dibedakan dari mfonnasi lainnya (yang telah tersimpan di ingatan);
3.      Suppresion Theory (Teori Supresi).
Teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat dari hambatan motivasional. Psikologi klinik mebkutikan bahwa informasi yang "melukai" atau yang tidak menyenangkan atau menyakitkan untuk diingat biasanya lebih cepat hilang dari ingatan;
4.      Interference Theory (Teori interferensi).
Menurut teori ini informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan infonnasi yang baru didapat atau yang akan didapatkan kemudian;
5.      Processing Break-down Theory:
Teori ini berpendapat bahwa tak satu pun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa indikasi individual atau tanpa menggunakan system coding ambigu (system pengkodean makna ganda).
Teori yang terakhir inilah yang paling dianggap penting karena ingatan ditentukan oleh strategi mengingat dengan strategi pengkodean awal. Menurut beberapa ahli memori i Lorayne, Cermak dan Montgomery (1979), ada beberapa alasan mengapa seseorang lupa akan sesuatu. Salah satu alasannya adalah karena ia tidak memberikan perhatiannya pada mated yang harus diingatnya dan tidak memprioritaskannya sebagai urutan kepentingan paling atas dalam ingatannya misalnya, apabila kita lupa akan nama seseorang yang kita kenal sebelumnya, selain karena kita tidak pernah mengingatnya, penyebab lainnya dikarenakan kurangnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan untuk mengingat. Selain mengenal teori-teori dan penyebab kelupaan, penting kiranya kita mengenal pula apa-apa yang mudah untk diingat. Menurut penelitian, manusia akan lebih mudah mengingat apabila informasi itu:
1)      Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupannya;
2)      Dianggap lain daripada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar);
3)      Terorganisir; dan
4)      berupa hiformasi visual.
Dengan mengetahui bagaimana suatu informasi dapat mudah diingat, secara tidak langsung kita dapat memiliki tambahan kemampuan dalam mengingat sesuatu.
Dengan mempelajari proses penyimpanan dan pemanggilan informasi dalam memori, para peneliti dan praktisi akan menemukan beberapa teknik yang dapat dilatih dalam upaya meningkatkan kemampuan memori. Prosedur-prosedur tersebut nantinya akan sangat bergantung pada tujuan mengingat dan kemampuan untuk mengikuti informasi selanjutnya, kemampuav mengorganisir informasi, melakukan penggabungan antar informasi. Selain itu teknik atau prosedur lainnya bergantung pada kemampuan kita untuk menciptakan konsep hidup yang tidak kaku.
b.      Konsentrasi
Variable signifikan lamnya yang berpengaruh pada comprehensive listening adalah kemampuan pendengar untuk berkonsentrasi atau menaruh perhatian pada item-item yang akan diingat. Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan kesulitan utama yang dihadapi oleh pendengar.
Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penutur), adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang waktu yang terlalu lalai, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi untuk mefflperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada satu rangsang saja.
Alasan yang kedua adalah karena salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Gofi&nan, bentuk standar dari kesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut.
1.      Pencukupan/pemenuhan eksternal. Dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulus/ rangsang dari luar, seperti keadaan suhu kamar, suara bisingjalan raya.
2.      kesadaran diri
3.      kesadaran berinteraksi
4.      kurangnya rasa inghi talm terhadap apa yang sedang dibicarakan.
Ada tiga alasan yang mendasari alasan (kurangnya konsentrasi) di atas di antaranya: kurangnya kedisplinan diri, kurangnya motivasi diri, dan kurangnya tanggung jawab.
Self-diciplin akan mudah dilatihkan apabila secara pribadi si pendengar termotivasi untuk mendengarkan pesan yang akan diingaat. Adapun untuk segi tanggung jawab, ialah pendengar akan lebih bertanggungjawab dan meningkatkan konsentrasinya dengan melatih perilaku-perilaku:
1)      jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai kesulitan dalam menangkap pesan yang disampaikan penutur, misahiya karena terlalu lelah, sibuk atau tertekan oleh pikiran-pikiran lain;
2)      membuat pertanyaan-pertanyaan pribad (bertanya pada diri sendiri) agar lebih memperhatikan (lebih mencurahkan perhatian);
3)      melatih kebiasaan menuliskan pendapat kepada orang lain pada saat penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lam, dan hentikan penulisan apabila ketika proses mendengar sedang berjalan;
4)      mendengarkan dengan tujuan untuk menanyakan kepada penutur mengenai pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam;
5)      mendengarkan dengan tujuan untuk berbagi pesan antara satu penutur dengan penutur lainnnya dan kemudian memberikan pesan tersebut kepada orang lain pada periode selanjutnya;
6)      berbicara di depanpublik dan level komunikasi media massa lainnya, seolah-olah penutur berbicara pada dirinya sendiri; dan
7)      mempraktekkan/melatih kemampuan mendengar
c.        
Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosakata. Diasumsikan bahwa ukuran kosakata merupakan variable penting dalam pemahaman mendengar. Karena penangkapan makna merupakan bagian integral dari proses mendengar, maka kita perlu memiliki kosakata yang cukup, sehingga kita dapat mengembangkan system kategori dan menekan sekecil mungkin kesalahan kategoris yang kita kembangkan dalam proses mendengar.
Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosakata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya. Jenis kosakata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut :
a)      Sampai kira-kira seseorang mencapai usia dua belas tahun, kosakata fungsional terbesar yang ia milikiadalah kosa kata tsimakan mendengar (listening vocabulary). Artinya, pengayaan kosakata pada fase ini didapat dari hasil simakan dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Setelah lewat usia dua belas, kosakata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosakata hasil membaca (reading vocabulary)
Orang dewasa dikatakan memiliki kosakata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosakata sebesar 20.000 kata. Menurut batasan-batasan di atas, peneliti memberikan simpulan wa apabila seseorang memiliki kosakata pembicaraan (speaking vocabulary) lebih kecil kctimbang kosakata mendengarnya, ia akan mengalami kesulitan dalam menafsirkan makna dari tata-kata tertentu.
Ada beberapa langkah untuk meningkatkan kosakata umum maupun kosakata "wndengar. Menurut Pauk langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Langkah pertama adalah "menumbuhkan minat pada kata-kata". Dalam menumbuhkan kemampuan pemerolehan kosakata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya. Kemampuan dasar tersebuSt adalah kemampuan tnenganallsis struktur dan kemampuan menganalisis konteks kata Iceterampilan pertama tadi, yaitu analisis struktural, pada awalnya dilakukan dengan mempelajari kata-kata akar (kata dasar) dan kata kunci berupa awalan maupun akhiran. Selanjutnya apabila kita menemukan kata-kata yang tidak lazim, kita berhenti sampai disitu dan apabila mungkin kita berhenti pada bagian-bagian komponennya (seperti awalan, kata dasar, dan akhiran), selanjutanya gunakan struktur pengalaman atau pengetahuan yang telah dikenal sebelumnya terhadap kata-kata asing tadi dan tentukan maknanya.
2)      Langkah yang kedua adalah mempelajari makna daari kata-kata yang tak lazim dari konteks-konteksnya. Konteks ini menuntut kita untuk terlebih dahulu mempelajari petunjuk kontekstual yang umum dipakai oleh pembicara. Selanjutnya, ketika kita berperan sebagai pendengar, danmenemukan kata-kata ang tidak lazim, kita gunakan pengetahuan mengenai petunjuk kontekstual dengan cara menandai makna kata-kata yang lazim (yang melingkupi kata-kata yang tak lazim) dan menentukan apakah kata-kata tersebut memberikan petunjuk khusus kea rah makna yang diharapkan.
Ada dua jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni: petunjuk semantic (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat). Yang termasuk ke dalam petunjuk semantik adalah:
-          Petunjuk Sinonim
-          Petunjuk Perijelas
-          Petunjuk Deskripsi
-          Petunjuk Contoh
-          Petunjuk Kesimpulan
-          Petunjuk Penjelasan
-          Petunjuk Pengalaman
-          Petunjuk Situasi
Petunjuk kontekstual yang kedua adalah petunjuk sintaksis, berupa pola-pola penyusunkalimat yang menjadi unsur penyusun kalimat.
d.      Faktor-faktor Tambahan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variable-variabel yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman dari hasil pendengaran (listening comprehension). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah;
2)      tak banyak mengenal validitas dan reliabilita tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; dan
3)      karena sebagian besar penelitibelum terkoordinir dengan baik.
Berdasarkan korelasi statistika faktor-faktor tersebut di atasaberhubungan dengan variable tambahan yang mempengaruhi mendengar untuk tujuan pemahaman (listening comprehension).
Variabel-variabel tambaahan ini diantaranya: intelegensia, usia, motivasi, tingkat pencapaian (achievement), kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan verbal, kemampuan belajar dan kemampuan berbahasa, kemampuan organisional, tingkat prestasi (rate of prestation), dan status cultural. Hubungan antara mendengar dan variable-variabel: jenis kelamin, karakteristik kepribadian, minat pada materi subjek yang dibicaarakan, pengalaman dalam mendengar/menyimak, keefektifan penutur, kesulitan bahan, waktu, suhu ruangan dan ventilasis posisi dalam keluarga, dan banyaknya anggota keluarga, cenderung tidak bersifat koklusif.

D.    Ciri-ciri Menyimak Komperhensif
  1. Dapat mengevaluasi kesalahan-kesalahan dalam menyimak.
  2. Dapat menerima rangsangan dan memahami pesan.
  3. Dapat memproses apa yang disampaikan oleh penyimak.
  4. Tidak dapat memproses informasi tanpa melibatkan memori (ingatan).

E.     Berbagai Contoh Menyimak Komperhensif
  1. Dalam diskusi ada sekelompok pendiskusi yang mendiskusikan permasalahan, dan sipenyimak dapat memahami dan menerima suatu rangsangan ataupun informasi sehingga sipenyimak dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam diskusi.
  2. Dalam berpidato hendaknya seorang yang menyampaikan pidato harus


Post a Comment

 
Top