A. Moralitas
Moralitas adalah
pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah,
atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
Hakekat standar moral
:
- Standar moral berkaitan
dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau
benar-benar akan menguntungkan manusia.
- Standar moral tidak dapat
ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
- Standar moral harus lebih
diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.
- Standar moral berdasarkan
pada pertimbangan yang tidak memihak.
- Standar moral diasosiasikan
dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan emosi dan kosa kata tertentu.
D. Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian
moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan
terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai
perilaku moral yang nyata?
Ada dua
pandangan yang muncul atas masalah ini :
- Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa,
karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk
mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan
yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka
bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan
mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang
dilakukan manusia.
- Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian
bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral
bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau mengatakan
bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti
mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal
yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk
akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia
gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin
yang gagal bertindak secara moral.
Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan
individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga
utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara
keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan
bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang
dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara
moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak
secara bermoral.
E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia
dan menyebabkan system ekonomi serta sosial negara-negara menjadi terhubung
bersama, termasuk didalamnya barangbarang, jasa, modal, pengetahuan, dan
peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah dari satu negara ke
negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya
penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi
komunikasi global dan system transportasi seperti internet dan pelayaran
global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan
lain sebagainya.
Perusahaan multinasional adalah inti dari proses
globalisasi dan bertanggung jawab dalam transaksi internasional yang terjadi
dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang
yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi administrasi di beberapa negara.
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi,
pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yang berbeda.
Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di
banyak negara dengan ragam budaya dan standar yang berbeda, banyak klaim yang
menyatakan bahwa beberapa perusahaan melanggar norma dan standar yang
seharusnya tidak mereka lakukan.
B. Etika
Etika
merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral
masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam
kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal –
standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Etika
merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau
masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral
adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk
dianut.
Etika
merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan
standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan
demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan
salah, dan moral yang baik dan jahat.
MEMAHAMI DASAR
ETIKA PERGAULAN
Setiap
hari dalam pergaulan di kantor sudah tak terelakan, karena satu sama lain
saling membutuhkan ber interaksi yang didalamnya mencakup komunikasi.Interaksi
dan komunikasi akan berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak saling menghormati
dan mengerti akan hak dan kewajibannya masing-masing, karena etika itu
menyangkut moralitas, susila, sosial, agama dan lain sebagainya.
Bagaimana
memahami etika pergaulan adalah seperti berikut ini diantaranya :
- Bersikap
sopan santun dan ramah
- Penuh
perhatian terhadap orang lain (empaty)
- Mampu
menjaga perasaan orang lain
- Berusaha
untuk saling membantu bila melihat teman kerja membutuhkan bantuan
- Mampu
mengendalikan emosi
ETIKA BERPAKAIAN
Setiap
orang selalu menginginkan penampilan yang menarik dan ingin merasa menarik di
lihat orang lain, karena penampilan itu merupakan daya tarik setiap
orang.Penampilan yang baik tercipta dari pakaian yang dipakai sehari-hari,
walaupun didalam kantor hampir semua karyawan perusahaan memakai seragam
masing-masing yang telah ditentukan dan sebagai karyawan di kantor tetap harus
menjaga citra diri dan wibawa perusahaan sebagai image terhadap orang lain,
apalagi kalau perusahaan bergerak di bidang jasa tentu salah satu menjadi hal
pokok. Pakaian yang baik dan pas digunakan memberikan kesan anggun dan lebih
profesional dan yang perlu kita laksanakan dalan berpakaian kantor adalah
disesuaikan dengan jadwal yang sudah ditentukan harinya dalam menggunakan
seragam, kalau mungkin warna atau model menurut selera Anda tidak sesuai,
karyawan meski tetap harus menggunakannya dan tidak menolak.
Bagaimana
cara etika berpakaian di kantor yang perlu diperhatikan adalah :
- Gunakan
pakaian dengan ukuran yang pas
- Biasakan
berpakaian rapi dan tidak kedodoran
- Jangan
merubah model pakaian
ETIKA BERBICARA
Dalam
berbicara gunakan bahasa dengan ucapan yang jelas dan gampang dimengerti serta
tetap mwenjaga batasan-batasan yang mencerminkan etika dan tidak menimbulkan
pembicaraan yang asal saja.Sebagai orang timur sangat menghormati nilai kesopanan.
- Pada saat
berbicara harus menatap lawan bicara
- Pada saat
berbicara suara harus jelas terdengar
- Gunakan
bahasa yang baik dan benar
- Hindari
menggunakan nada suara yang tinggi
- Aturlah
pembicaraan agar gampang dimengerti
- Belajar
untuk bisa mengimbangi lawan bicara
- Berusaha
untuk menyenangkan lawan bicara
- Ciptakan
selang sekali waktu rasa humor
- Mampu
untuk memuji lawan bicara Selau berusaha untuk menjadi pendengar yang baik
Sedangkan
hal-hal yang harus dihindari ketika berbicara dengan teman kerja
- Jangan
membicarakan kejelekan orang lain/teman kerja
- Pada saat
berbicara hindari pembicaraan hal yang sensitif
- Jangan
memotong pembicaraan orang lain
- Jangan
monopoli pembicaraan
- Hindari
untuk membicarakan diri sendiri
MENJAGA HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEKERJA
Dalam
lingkungan kerja, faktor kerja sama merupakan landasan utama agar pekerjaan
bisa berhasil dengan baik dan minimal bisa mencapai sesuai yang
diinginkan.Sering kita tidak menyadari keberhasilan karir kita sebenarnya
akibat dorongan dan peran dari teman kerja, oleh karena itu binalah hubungan
dengan kebersamaan dan ciptakan citra yang baik kepada sesama rekan kerja dan
tunjukan diri kita adalah bagian tak terpisahkan dari mereka. Dengan
memperlakukan kawan sebaik mungkin dengan kesan bahwa dirinya sangat berarti
bagi kita akan membawa hasil yang lebih baik dalam membina kelanjutan hubunga
teman sekerja.
Kalau
kita secara konsisten bisa membangun saluran komunikasi yang efektif dan
efisien yang dapat menjadi wadah bagi semua karyawan untuk mencurahkan aspirasi
dan keluh kesahnya, ini akan membawa suatu keberhasilan team kerja semakin
lebih berkembang dalam hubungan kerja dan meciptakan iklim kerja yang nyaman
dan damai.
Berikut
ini kiat yang sederhana agar kita dihormati oleh teman sekerja :
- Jadikanlah
teman sekerja sebagai mitra kerja, tetapi jangan mengangap teman kerja
sebagai pesaing
- Tumbuhkan
rasa saling membantu satu sama lain
- Ingatkanlah
teman sekerja ketika ada sedikit menyimpang
- Jaga agar
tidak terjadi konflik yang berkepanjangan
- Biasakan
untuk berdiskusi yang bermanfaat
- Jangan
menjelekan atau menjatuhkan teman sekerja dihadapan atasan
- Hargai
setiap teman sekerja sebagai manusia yang bermartabat.
TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN
MORAL
Kapankah secara
moral seseorang bertanggung jawab atau disalahkan, karena melakukan kesalahan?
Seseorang secara moral bertanggung jawab atas tindakannya dan efek-efek
merugikan yang telah diketahui ;
a.
Yang dilakukan atau dilaksanakan seseorang
dengan sengaja dan secara bebas
b.
Yang gagal dilakukan atau dicegah dan
yang secara moral keliru karena orang itu dengan sengaja atau secara bebas
gagal melaksanakan atau mencegahnya.
c.
Ada
kesepakatan umum, bahwa ada dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkan tanggung
jawab moral seseorang karena menyebabkan kerugian ;
- Ketidaktahuan
- Ketidakmampuan
Keduanya disebut kondisi yang
memaafkan karena sepenuhnya memaafkan orang
dari tanggung jawab terhadap sesuatu. Jika seseorang tidak mengetahui, atau
tidak dapat menghindari apa yang dia lakukan, kemudian orang itu tidak berbuat
secara sadar, ia bebas dan tidak dapat dipersalahkan atas tindakannya. Namun,
ketidaktahuan dan ketidakmampuan tidak selalu memaafkan seseorang, salah satu
pengecualiannya adalah ketika seseorang mungkin secara sengaja, membiarkan
dirinya tidak mau mengetahui persoalan tertentu.
Ketidakmampuan
bisa jadi merupakan akibat lingkungan internal dan eksternal yang menyebabkan
seseorang tidak dapat melakukan sesuatu atau tidak dapat menahan melakukan
sesuatu. Seseorang mungkin kekurangan kekuasaan, keahlian, kesempatan atau
sumber daya yang mencukupi untuk bertindak. Seseorang mungkin secara fisik
terhalang atau tidak dapat bertindak, atau pikiran orang secara psikologis
cacat sehingga mencegahnya mengendalikan tindakannya. Ketidakmampuan mengurangi
tanggung jawab karena seseorang tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
(atau melarang melakukan) sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan. Sejauh
lingkungan menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan tindakannya atau
mencegah kerugian tertentu, adalah keliru menyalahkan orang itu.
Sebagai tambahan
atas dua kondisi yang memaklumkan itu (ketidaktahuan dan ketidakmampuan), yang
sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena kesalahan, ada
juga beberapa faktor yang memperingan, yang meringankan tanggung jawab moral
seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalahan. Faktor yang memperingan
mencakup :
- Lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti, namun
tidak juga tidak yakin tentang apa yang sedang dia lakukan ( hal tersebut
mempengaruhi pengetahuan seseorang)
- Lingkungan yang menyulitkan, namun bukan tidak mungkin
untuk menghindari melakukannya (hal ini mempengaruhi kebebasan seseorang)
- Lingkungan yang mengurangi namun tidak sepenuhnya
menghilangkan keterlibatan seseorang dalam sebuah tindakan (ini
mempengaruhi tingkatan sampai dimana seseorang benar-benar menyebabkan
kerugian)
Hal tersebut
dapat memperingan tanggung jawab seseorang karena kelakuan yang keliru yang
tergantung pada faktor keempat, yaitu keseriusan kesalahan.
Kesimpulan
mendasar tentang tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian yang
memperingan tanggung jawab moral seseorang yaitu :
- Secara moral individu, bertanggung jawab atas tindakan
yang salah yang dia lakukan (atau yang secara keliru dia lalaikan) dan
atas efek-efek kerugian yang disebabkan (atau yang gagal dia cegah) ketika
itu dilakukan dengan bebas dan sadar.
- Tanggung jawab moral sepenuhnya dihilangkan (atau
dimaafkan) oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan.
- Tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian
diringankan oleh :
·
Ketidak pastian
·
Kesulitan
Bobot
keterlibatan yang kecil (meskipun kegagalan tidak memperingan jika seseorang
mempunyai tugas khusus untuk mencegah kesalahan), namun cakupan sejauh mana hal-hal
tersebut memperingan tanggung jawab moral seseorang kepada (dengan) keseriusan
kesalahan atau kerugian. Semakin besar keseriusannya, semakin kecil ketiga
factor pertama tadi dapat meringankan.
Para kritikus berdebat, apakah semua faktor yang meringankan
itu benar-benar mempengaruhi tanggung jawab seseorang? Beberapa berpendapat
bahwa, kejahatan tidak pernah diterima, tidak peduli tekanan apakah yang
terjadi pada seseorang. Kritikus lain berpendapat, membiarkan secara pasif
suatu kesalahan terjadi, tidak berbeda dengan secara aktif menyebabkan suatu
kesalahan terjadi.
A. Tanggung Jawab Perusahaan
Dalam perusahaan
modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering didistribusikan kepada
sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas
tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan
atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi,
siapakah yang bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan
bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung
jawab.
Lain halnya
pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang menyatakan bahwa ketika
sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama,
tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan
konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan
kelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Kaum tradisional
membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan kepada kelompok
perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik semua
tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan
bebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkan
tindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu.
Namun demikian,
karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan sengaja dan dengan
bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan tindakan perusahaan
atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur
birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas
setiap tindakan perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris,
juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan. Faktor
ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi perusahaan
birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung jawab moral
orang itu.
Post a Comment
Post a Comment